Tantangan
utama
Soal mengikuti dan menjadi murid Yesus bukanlah
kehendak manusia. Tuhan Yesus sendiri yang menghendaki seseorang menjadi
murid-Nya (Matius 10:1 Yesus memanggil
kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh
jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan). Sebagai
murid Yesus, mereka dilengkapi dengan kuasa Allah yang menyelamatkan hidup
manusia. Sakit penyakit dan kuasa kegelapan adalah masalah yang selalu
menyerang manusia secara jasmani dan rohani. Tuhan Yesus menyembuhkan mereka
yang dalam situasi demikian (Matius
8:16 Menjelang malam dibawalah kepada
Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir
roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit).
Kebenaran firman
Allah ini tidak sepenuhnya dimengerti dan diyakini. Mereka meragukan bahwa
penyakit mereka tidak dapat disembuhkan. Mereka berkecil hati dan menjadi lemah
sebab ketidakpercayaan pada campur tangan Allah. Mereka takut ditertawakan jika
berdoa dan mempercayai Yesus sebagai Tabib ajaib. Yang lain bahkan meninggalkan
Tuhan Yesus sebagai Juruselamat sebab mereka kehilangan kesabaran dan tidak
bersedia mengikut Yesus dengan memikul salib. (Matius 16:24 Lalu Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”). Bukankah saudara
mendengar dan mendapati info tentang saudara seiman yang meninggalkan iman
kepada Yesus, lalu beralih pada agama baru? Mengapa bisa begitu? Apakah gereja
kurang membina mereka? Sudahkah teman-teman seiman menjadi contoh baik sebagai
pelaku firman Allah? Atau, jangan-jangan karena godaan dunia begitu memikat
sehingga tidak dapat setia kepada Tuhan Yesus? Bagaimana kita dapat menjelaskan
soal ini?
Komitmen: Ya dengan segenap hati
Janji
Tuhan selamanya indah sebagaimana dinyatakan dalam ayat emas Yohanes 3: 16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Janji Tuhan Yesus mengandung konsekuensi logis
bahwa yang percaya kepada-Nya tidak usah gelisah dan takut tentang hidup sekarang
dan masa akan datang. Pengajaran Yesus mengingatkan kita bahwa hidup ini
berkelanjutan pada kekekalan. Jalan menuju Rumah Bapa di Sorga mustahil dapat
ditempuh dengan amalan atau kebaikan manusia. Jalan ke Soga bukan jalan gampang
karena itu Tuhan Yesus berkorban di atas kayu salib. Kematian Tuhan Yesus di
bukit Golgota membuktikan bahwa kehidupan yang dianugerahkan Allah sedemikian
berharga. Di Taman Getsemani, seperti halnya pencobaan di padang gurun, Tuhan
Yesus harus mengambil keputusan pribadi berlaku taat pada kehendak Bapa ataukah
mengambil jalan berbeda. Konsekuensi atas keputusan “jangan kehendak-Ku tetapi
kehendak-Mu yang jadi,” mengajarkan kita bahwa komitmen menjadi penting dalam
hidup kekristenan. Mengasihi Allah berarti mengerjakan perintah-perintah-Nya
dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita. Dalam hal ini komitmen: Ya dengan
segenap hatiku, bukan soal pernyataan kosong di ruang hampa. Pengakuan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah
bukti anugerah Allah dalam diri seseorang dimana iman sebesar biji sesawi itu
(Matius 17:20) dipelihara Allah sehingga dengan pertolongan Roh Kudus bersedia tampil
sebagai pribadi yang diberkati dan memberkati sesama.
Mereka yang
mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
hendaknya mengambil keputusan iman berdasarkan pertimbangan hati nurani,
pendalaman atas kebenaran rohani dan keterbukaan hati dengan bimbingan Roh
Allah yang memberi hikmat dan pengertian mendalam tentang nilai-nilai
kekekalan. Mereka yang sudah dibina tentang asas-asas iman dan kehidupan
kekristenan yang bertanggungjawab adalah orang-orang dewasa yang terlatih dalam
membedakan mana yang baik dari pada yang jahat (Ibrani 5:14). Kita mendukung
dalam doa mereka yang mengaku Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat (Lukas
22:32, tetapi Aku telah berdoa untuk
engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf,
kuatkanlah saudara-saudaramu) dan ikut ambil bagian dalam sukacita iman (Kolose 2:5
Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh
aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan
keteguhan imanmu dalam Kristus).
GPIB Sejahtera
Bandung, Minggu, 29 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar