Kisah kebangkitan Yesus adalah realisasi janji Yesus bahwa mereka yang percaya
kepadaNya akan beroleh hidup yang kekal dan diluputkan dari kebinasaan (Yohanes
3:16; 10:28). Camkan baik-baik, hidup yang kekal itu adalah janji Tuhan Yesus
(1 Yohanes 2:25) Yesus menegaskan bahwa kedatanganNya bukan menghukum, tetapi
menyelamatkan manusia berdosa (Yohanes 3:17). Yesus datang untuk menyelamatkan
supaya manusia di hari penghakiman Allah dapat dibenarkan dan beroleh hidup
kekal karena kepercayaan dan kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang telah mati
dan bangkit. (Kisah Para Rasul 17:31)
Tentu tidak semua orang memiliki pengertian sama
tentang akhir kehidupan atau kematian. Mereka yang hidup dalam cakrawala
berpikir sempit melihat hidup berujung pada kubur seperti yang dicatat
dalam 1 Korintus 15:32 “…. Jika
orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab
besok kita mati". Tetapi selalu saja ada yang bertanya soal kehidupan
kekal baik oleh mereka yang disebut pemuka agama seperti dikatakan dalam Lukas 10:25 "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?" atau mereka yang kaya sebagaimana
catatan Lukas 18:18 "Guru yang
baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?".
Dua pertanyaan yang sama tentang kehidupan kekal,
tetapi jawaban Yesus berbeda sebab
keduanya bermaksud menguji Yesus untuk membenarkan dirinya. Pertanyaan ahli
Taurat dijawab Yesus dengan menggiring pengertiannya terhadap apa yang
diajarkan hukum Taurat yakni mengasihi Tuhan dan sesama dengan jiwa, kekuatan
dan akal budi. Lebih lanjut Tuhan Yesus memperdalam arti mengasihi sesama tidak
hanya sebatas satu suku dan satu iman, tetapi termasuk mereka yang berlainan
suku dan berbeda keyakinan (Bacalah Lukas 10:30-37). Sementara untuk menjawab pertanyaan mereka
yang kaya, Tuhan Yesus menantang mereka untuk mengutamakan Yesus dengan cara:
menjual harta mereka dan membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin. Apakah
harta saudara yang terindah adalah Yesus atau yang lain? (Baca pula Lukas 18:22-25).
Yesus mengajak kita menentukan pilihan tepat dalam hidup ini “carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu” (Matius 6:33) dan bekerja bukan untuk barang yang fana seperti
dicatat dalam Yohanes 6:27 “Bekerjalah,
bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya”. Prioritas
itu penting agar kita tidak hidup dalam kekuatiran dan kesombongan.
Pengharapan akan kehidupan yang kekal tidak
menjadikan orang lalu mengabaikan tanggungjawabnya atas keluarga. Orang percaya harus tetap bekerja
dengan keras dan menjadikan berkat mereka sebagai sarana pelayanan kasih bagi
orang lain yang dalam kesusahan. Yesus mengetahui mereka yang berbuat baik karena nama Yesus “Sebab ketika Aku lapar,
kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku
seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi
Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara,
kamu mengunjungi Aku. (Matius 25:35-36).
Kemanusiaan kita terhadap sesama dilakukan sebagai sikap iman atas kasih
Tuhan Yesus yang sempurna. Kita mau menjadi murid-murid Yesus yang berlaku
bermurah hati kepada semua orang sama seperti Allah yang berbuat baik terhadap orang-orang yang
tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. (Lukas 6:36)
GPIB Sejahtera
Bandung, Minggu, 19 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar