Tantangan Ganda
Ajaran
tentang gereja atau teologi gereja begitu penting dalam panggilan dan
pengutusan warga jemaat GPIB di tengah dunia. GPIB merumuskan cermat dalam
pemahaman imannya tentang hakekat gereja secara internal dan eksternal.
Jemaat-jemaat GPIB yang tersebar adalah satu kesatuan dengan tanggungjawab sama
menjabarkan tugas pelayanan, kesaksian dan persekutuan sesuai tema sinodal GPIB. Kita dapat
menyaksikan langsung bagaimana karya Roh Kudus bekerja dalam semua unsur pelayanan di kota ,
desa dan tempat terpencil. Warga Jemaat GPIB semakin mengerti tentang tugas dan
tanggungjawabnya sehingga mau saling memberi, dan menguatkan yang tergambar di
antara warga jemaat, fungsionaris pelkat/komisi dan presbiter.
Sekarang
ini, kemajuan teknologi dengan perubahan nilai cepat, turut membentuk persepsi
keliru tentang gereja dan fungsinya. Beberapa warga gereja menjadikan gereja
sekadar tempat memperoleh kepuasan batin.
Aspek persekutuan gereja mulai mengendur karena alasan klasik: sibuk
kerja dan tempatnya jauh. Perkembangan terbaru memperlihatkan bahwa dunia
virtual menawarkan gereja tanpa ruang ibadah dan kontak fisik. Mereka
berinteraksi di dunia maya dan menyerap ratusan materi kotbah digital gratis.
Sesuatu yang terasa janggal namun nyata dan menjadi tantangan faktual. Kritik dari
dalam diri sendiri terasa menyengat ketika pemberitaan firman yang disampaikan
tidak mendisiplinkan anggota jemaat, terlalu dangkal, dan kurangnya keteladanan dari pengkhotbah
sendiri. Di kalangan warga, kualitas ibadah merosot sebab gadget begitu memukau sehingga sepanjang ibadah sibuk berinteraksi
dengan rekan-rekan di media sosial. Sungguh memprihatinkan!
Kualifikasi Alkitabiah dan Kesaksian Iman
Kecenderungan
memudahkan segala urusan telah merambah dalam hidup bergereja. Pada
gereja-gereja tertentu, kemudahan itu ditawarkan asalkan sudah lahir baru dan
mau bersaksi atas mujizat pribadi. Sebaliknya, dalam hidup ber-GPIB, ajaran Gereja yang berdasar pada Alkitab dan
ketentuan gereja yang mengikat, bukan untuk dilanggar dan dibuat menjadi tak
berdaya atas nama kemanusiaan dan belas kasihan! Warga GPIB yang benar-benar
warga gereja sejati selalu menghormati kebenaran-kebenaran Alkitab dan aturan gerejawi.
Mereka menghormati dan mematuhi dengan penuh sukacita. Mereka inilah yang
sampai hari ini setia dan mencintai gereja sebab kasih Allah telah dirasakan
dalam hidup persekutuan saat bersama merintis, membangun dan berkarya bagi
kemuliaan Allah. Mereka mengasihi gereja Kristus dan berbagi berkat di
dalamnya.
Gereja
harus dianggap sebagai penting karena Yesus Kristus yang mendirikan gereja
(Matius 16:18), yang dibeli dengan darah-Nya (Kisah Para Rasul 20:28), dan menjadi
kesatuan dengan umatNya (Kisah Para Rasul 9: 4). Gereja adalah tubuh Kristus
(Efesus 1:23; 4:12; 5: 23-32; Kolose 1:18, 24; 3:15; 1 Korintus 12: 12-27),
tempat tinggal Roh-Nya ( Roma 8: 9; 1 Korintus 3: 16-17; Efesus 2:18, 22), dan
instrumen utama memuliakan Allah di dalam dunia. Akhirnya, gereja adalah alat
Tuhan untuk membawa Injil kepada bangsa-bangsa (Matius 28:18-20 dan Wahyu 5: 9).
Sebuah
laporan dibuat oleh Aristides saat melaporkan kehidupan jemaat Kristen
mula-mula kepada Kaisar Hadrian (76-138) yang bunyinya demikian: “Mereka saling
mengasihi. Mereka tidak pernah lalai membantu janda-janda; mereka menolong
anak-anak yatim dari orang-orang yang menyakiti mereka. Jika mereka memiliki
sesuatu, mereka memberi dengan sukarela kepada orang-orang tak berpunya; jika
mereka melihat orang asing, mereka
mengajaknya singgah di rumah dan menerimanya dengan gembira, seolah-olah orang
itu adalah saudara mereka sendiri. Mereka tidak menganggap diri mereka saudara
dalam pengertian yang lazim, tetapi saudara oleh Roh, dalam Allah.” Laporan
semacam ini selalu dapat dengan mudah dibuat sebab seperti itulah seharusnya
kehidupan kita sebagai warga jemaat GPIB yang selalu sedia menyenangkan hati
Allah dan memuliakan nama-Nya.
GPIB Sejahtera
Bandung, Minggu, 19 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar