Perspektif tentang Hidup
Seorang filsuf Yunani, Pythagoras yang hidup pada
abad kelima merumuskan pandangannya bahwa sesudah kematian manusia jiwanya
berpindah ke dalam hewan, dan bila hewan itu mati, ia berpindah lagi, dan
seterusnya. Reinkarnasi ini dapat putuskan jika manusia menyucikan jiwanya
dengan cara berpantang jenis makanan tertentu, seperti daging hewan dan kacang.
Senada dengannya, Plato menyebut jiwa manusia itu kekal dan tubuh merupakan penjara
jiwa sehingga hidup manusia dimengerti sebagai penantian untuk keluar dari
kungkungan penjara manusia. Pandangan demikian telah memengaruhi beberapa orang
dalam jemaat Korintus sehingga sesukanya melakukan perbuatan amoral yang
memalukan. Kekristenan menolak pandangan
yang menekankan kekekalan jiwa terlepas dari perbuatan moral dalam interaksi
dengan sesama dan Sang Pencipta.
Yesus: Sumber Hidup Sejati
Dalam Injil
Yohanes, Yesus menyebut diriNya sebagai Sumber Hidup bagi manusia, “Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia” (1: 4). Dengan mantap Yesus mengajarkan soal hidup
sejati kepada mereka yang pandai seperti dialog dengan Nikodemus (Yoh 3) dan
yang bermasalah seperti yang terjadi di sumur Yakub dalam percakapan dengan perempuan dari
Samaria (Yoh 4). Tuhan Yesus menyebut diri-Nya sebagai Air Hidup (Yoh 4:10),
Roti Hidup (Yoh 6:35), Terang Hidup
(8:12) dan Jalan satunya-satunya kepada kehidupan kekal (Yoh 14:6). Hidup itu bagi Yesus teramat penting dan
berharga sebab kehidupan adalah pemberian Allah. Lewat pengorbanan di kayu
salib, Yesus menegaskan bahwa kehidupan kekal adalah tujuan penyelamatan Allah
(Yoh 3:15-16).
Sayangnya tidak
semua orang dapat mengerti apa yang Tuhan Yesus katakan. Tuhan Yesus memotret
kecenderungan hati manusia, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab
kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun
Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang
kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu” (Yoh 5:39-40). Mereka tidak mau
dan tidak sungguh-sungguh datang kepada Yesus sebab mereka mati
secara rohani (Efesus 2:1), masih
dikuasai dosa (Roma 3:9) dan lebih
menyukai kegelapan (Yoh 3:19). Akibatnya bahwa mereka menjadi tidak tahan
uji dan murtad (Lukas 8:13). Adalah tugas kita mengasihi Allah dan hidup sesuai
kehendak-Nya, “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman." ( Yoh 6:40)
Teladan kita
untuk percaya kepada Allah dapat dipelajari lewat kehidupan Abraham, Bapa
segala orang percaya. Abraham mengasihi Allah dan percaya pada janji-janjiNya seperti
yang dikatakan: “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran” (Kejadian 15:6). Kita beroleh hidup sejati
karena percaya kepada Yesus, Penebus dosa dan Juruselamat manusia sehingga
kelak di hari penghakiman, kita dibenarkan di hadapan Allah “Sebab
di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada
iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman" (Roma
1:17). (Bandung, 31 Mei 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar