Saudara, kekasih Tuhan...
Bacaan Alkitab kita malam ini berbicara tentang rencana keselamatan Allah bagi manusia. Allah tidak menggunakan musibah bencana alam sebagai sarana penyelamatan. Allah tidak menggunakan penyakit sebagai cara menghukum dosa manusia. Allah juga tidak menggunakan peperangan menjadi alat menyadarkan manusia untuk berpaling padaNya.
Peristiwa Natal sebagaimana yang dirancang Allah adalah peristiwa kemanusiaan yang berisi ketaatan, kekudusan dan kerendahan hati agar Juruselamat yang dinantikan itu hadir dalam kehidupan manusia. Allah menggunakan lembaga perkawinan untuk menyatakan rancanganNya yang baik bagi masa depan manusia. Allah terlibat dalam rencana dan pergumulan terdalam manusia dan memberikan jalan keluar sehingga kebahagiaan hidup menjadi bagian yang integral dalam hidup orang beriman.
Kehamilan Maria adalah kehendak Allah untuk menggenapi nubuat keselamatan yang dikatakan nabi Yesaya 7:14 “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. Maria menjadi anak dara istimewa sebab dipilih untuk terlibat dalam karya keselamatan Allah yang merangkum seluruh sejarah manusia. Malaikat Tuhan ditugaskan untuk menyampaikan pesan sorgawi kepada Maria dan juga sekaligus tunangannya Yusuf.
Maria secara pribadi sudah diberitahu bahwa dia beroleh kasih karunia Allah untuk mengandung bayi Yesus dengan pertolongan Roh Kudus seperti dicatat Lukas 1:30-33 “Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Maria merespon pesan sorgawi dengan taat dan dalam kerendahan hati berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.” (Lukas 1:38) Maria mengambil respon yang benar atas firman yang diterimanya.
Tidak hanya Maria yang mengambil sikap iman yang benar, Yusuf tunangan Maria melakukan yang sama. Sebagai seorang pemuda yang bertunangan, Yusuf adalah pemuda yang memiliki karakter terpuji. Yusuf tahu hukum-hukum Tuhan sehingga dia tidak merusak pertunangannya dengan Maria dengan kesenangan daging. Yusuf menjaga saat pertunangan sebagai kesempatan mempersiapkan diri memasuki perkawinan yang kudus sebagaimana yang dikehendaki Allah.
Kehamilan Maria akhirnya diketahui Yusuf. Peristiwa mengejutkan dan sama sekali tidak masuk dalam rencana hidupnya. Secara logika manusia, Yusuf bermaksud mengakhiri pertunangannya dengan Maria. Yusuf tidak punya jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalahnya dengan Maria. Meskipun hatinya sangat mengasihi Maria, namun perceraian dengan cara diam-diam menjadi solusi terbaik untuk tidak mempermalukan nama Maria.
Begitulah seringkali pikiran-pikiran kita dalam menyelesaikan masalah. Seolah masalah itu masalah kita sendiri dan harus kita sendiri yang menyelesaikannya. Dalam beban pikiran berat, Allah memberikan jalan keluar kepada Yusuf dalam sebuah mimpi. Malaikat Tuhan berbicara kepada Yusuf untuk tidak takut mengambil Maria sebagai istrinya dan meneguhkan hatinya bahwa kehamilan Maria merupakan kehendak Allah bagi manusia untuk menggenapi janji Allah menyelamatkan manusia.
Pesan malaikat Tuhan menjadi perintah Allah bagi Yusuf yang tidak hanya baik untuk didengar tetapi juga dilakukan. Di sinilah arti ketulusan hati Yusuf bahwa dia tidak hanya mempertimbangakan kebaikan Maria tetapi lebih mengutamakan kehendak Allah. Yusuf mengabaikan kepentingan pribadi dan reputasinya. Yusuf lebih memilih taat dengan rendah hati sembari menjaga kekudusan hidup untuk berjalan sesuai perintah Tuhan.
Yusuf mengambil Maria sebagai istrinya dan tetap memelihara kekudusan sampai bayi Yesus lahir. Tindakan Yusuf merupakan respon iman atas apa yang sedang dihadapinya dan menggunakan perspekif Allah sebagai terang dalam kehidupannya. Yusuf mengambil jalan hidup yang membawa kegembiraan bagi hidupnya, bagi Maria dan bagi kita sekalian umat manusia.
Kelahiran Yesus adalah rencana agung Allah bagi manusia. Kelahiran Yesus hendak menguatkan kita baik pribadi maupun keluarga bahwa kehidupan yang dijalani dengan ketaatan, kekudusan dan kerendahan hati adalah kehidupan yang membawa kebaikan bagi manusia itu sendiri. Kelahiran Yesus hendak menegaskan bahwa rencana manusia bukan sesuatu yang mutlak harus terjadi. Allah selalu hadir dalam rencana-rencana hidup kita yang membawa kita makin menikmati kasih kariunia Allah yang besar.
Peristiwa natal menjadi pesan kuat bahwa keselamatan Allah diperuntukkan bagi semua manusia. Jika setiap orang; setiap pribadi menjadi rendah hati dan tulus seperti Maria dan Yusuf maka kita dipersekutukan dengan Tuhan Yesus yang adalah Juruselamat bagi hidup kita; bagi perkawinan kita dan bagi keluarga kita. Logika manusia yang terbatas mustahil dalam mencerna perbuatan Allah yang besar dan ajaib dalam pentas sejarah manusia. Iman mengarahkan kita untuk percaya pada pertolongan Allah yang ajaib agar kita semakin bersyukur dan selalu hidup dalam pengharapan.
Banyak orang meragukan dan menolak inkarnasi Allah sebagai manusia dalam diri dan rupa Tuhan Yesus. Kedatangan Yesus sebagai Juruselamat hanya dapat disambut jika kita membuka hati dan pikiran seperti Maria dan Yusuf yang rendah hati, taat dan hidup kudus.
Sebagai keluarga kristen dan umat Tuhan, kita semua diingatkan bahwa dalam kehiduapan yang fana ini Tuhan tetap beserta kita. Kita sama mengerti bahwa hidup kita memiliki batasan waktu. Waktu akan bergulir selamanya. Musim akan berganti. Banyak peristiwa akan kita alami: kelahiran, kematian, tawa, tangisan, peperangan dan kedamaian. Dalam setiap lembar kehidupan, kita diingatkan bahwa Tuhan yesus selalu hadir; Tuhan Yesus selalu campur tangan; Tuhan Yesus memberikan pertolongan dan kelegaan bagi setiap orang yang berseru kerpadaNya.
Natal sejatinya bukan soal atribut; bukan soal pernak pernik;’ bukan soal asesoris. Pohon natal, kerlap-kerlip lampu dan topi sinterklas hanyalah simbol. Kita bisa kehilangan sukacita Natal jika kita membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan yang sama. Kita bisa kehilangan sukacita Natal jika kita sibuk dengan hal-hal yang sekunder.
Yang utama adalah sungguhkah kita sudah menyambut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang menghentikan badai kebencian dan menjadikan kita pembawa damai sejahtera. Sungguhkah terang Tuhan hadir dalam kehidupan semua anggota keluarga kita sehingga kita meninggalkan kekerasan hati dan cinta akan uang yang adalah akar dari segala kejahatan.
Mari kita sambut kelahiran Yesus dengan gembira dan sukacita penuh. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita percaya kuasa Allah senantiasa memberkati keluarga kita; memberkati gereja kita; memberkati pemerintah kita untuk tetap menjaga keutuhan NKRI dengan dasar Pancasila dalam bingkai kebhinekaan. Tuhan senantiasa menyertai anak-anakNya dalam situasi apapun dan menolong mereka mengalami berkatNya yang berlimpah bersama dengan semua orang yang mengamalkan kebaikan. Selamat natal. Tuhan Yesus memberkati perkawinan kita; anak-anak kita dan keluarga besar kita. Amin.
-------------------------------
Khotbah Malam Natal, Sabtu 24 Desember 2016 jam 20.00 wib di jemaat GPIB Sejahtera, Bandung dalam situasi di mana Kebhinekaan dijaga bersama dan kegaduhan soal Fatwa MUI yang melarang penggunaan atribut Natal dikenakan bagi mereka yang beda kepercayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar