Kisah Pertobatan
Charles Haddon
Spurgeon, pengkhotbah terkenal asal Inggris dikisahkah bertobat karena firman
Tuhan yang didengarnya. Minggu pertama tahun 1850, kota London ditutupi salju
tebal. Pengkhotbah yang dijadualkan terhalang datang. Para pengerja gereja
sepakat menunjuk seorang dari antara mereka berkhotbah. Khotbahnya dari Yesaya
45:22 “Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai
ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain”. Pengkhotbah itu,
hanyalah seorang tukang sepatu.
Dengan cara sedikit gagap pengkhotbah awam itu
menyatakan bahwa kita tidak dapat diselamatkan dengan melihat gereja; melihat
pengkhotbah atau melihat ke seorang teman.
Kita diselamatkan dengan hanya melihat kepada Yesus. “Lihat pada Yesus
dan diselamatkan.” Kemudian ia menunjuk Spurgeon yang sedang dalam kesakitan
berbulan-bulan dan berkata, ”Anak muda, kau kelihatan begitu menderita. Pandanglah kepada Yesus. Tataplah Dia.” Spurgeon
berkata, “Saya memandang hari itu dan saya hidup….. Oh, betapa ingin aku
melakukan sesuatu bagi Kristus.”
Firman
Tuhan Memberkati
Dalam
sesi katekisasi khusus, seorang peserta menunjuk Mazmur 4: 4, “Ketahuilah,
bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN
mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya”. Nas ini berbicara soal jawaban
Tuhan atas doa orang percaya. Betapa
sukacita hatinya, sebab doa tentang suami yang sakit dijawab Tuhan. Martin
Luther, tokoh Reformasi Protestan mengubah paradigma berpikirnya setelah
merenungkan perkataan firman Tuhan bahwa “Orang benar akan hidup oleh iman”
(Roma 1:17). Keselamatan hidup bukan karena jasa baik atau persembahannya,
tetapi karena kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus yang disambut dengan iman
teguh.
Ayat-ayat
firman Tuhan pastinya memiliki konteks masing-masing yang perlu dipahami dengan
baik untuk mengerti mengapa ayat itu berbunyi demikian. Misalnya, 1 Korintus 7:12-13
berbunyi “Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang
saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup
bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada
seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau
hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu”. Nas ini
bukan memperbolehkan perkawinan beda agama, tetapi tentang petobat baru yang
menjadi pengikut Yesus ketika harus bersikap menghadapi pasangan hidupnya yang
tidak seiman. Yang justru harus diperhatikan 2 Korintus 6:14, “Janganlah kamu
merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.
Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” Jelas dibutuhkan pengajar
Alkitab, alat-alat bantu seperti kamus, tafsiran dan studi sosial budaya supaya
kita tidak tersesat dalam mengerti bagian firman Tuhan. Di atas semua usaha,
yang utama pertolongan Roh kudus yang memberi hikmat dan pengertian sehingga firman Tuhan benar-benar menjadi “pelita
bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar