Tuntutan Radikal
Kesukaran
memberi persepuluhan lebih pada jumlah dan bukan pada sikap iman yang
memercayai pemeliharaan Tuhan. “Terlalu besar jumlahnya, sementara kebutuhan
kami masih kurang! Tokh, Tuhan mengerti jika kami belum dapat memberi,”
begitulah kira-kira argumentasi yang terlontar. Sikap seperti ini cenderung
menyederhanakan persoalan tentang apa tugas dan tanggungjawab kita sebagai umat
Allah.
Umat Israel memiliki patokan jelas: 10 % atas penghasilan mereka. Apakah
Tuhan Yesus memberikan tuntutan yang sama? Pembacaan cermat atas pengajaran
Tuhan Yesus sangat menakjubkan. Bukan 10% lagi, tetapi bisa 50 % bahkan 100 %.
Tuhan Yesus memberikan pengajaran radikal kepada murid-murid-Nya tentang
bagaimana mereka mengasihi sesama seperti yang dicatat dalam Lukas 3:10-11 “Orang
banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami
perbuat?" Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah
ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan,
hendaklah ia berbuat juga demikian." Kita diajarkan memberi 50%. Di kisah
lain Tuhan Yesus mengajar orang muda
kaya yang menyombongkan kesalehan pribadinya, "Semuanya itu telah
kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Jawab Tuhan Yesus kepadanya:
"Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:20-21) Kita
diajarkan memberi 100%.
Kesejahteraan Bersama
Pencurahan
Roh Kudus sebagai realisasi janji Allah mendorong jemaat Kristen mula-mula
saling memperhatikan. Ikatan kasih tidak hanya terbentuk dengan hidup
ibadah rutin setiap minggu, mendengar
firman Allah dan berdoa, tetapi juga dengan berbagi berkat untuk kesejahteraan
bersama. Mereka memberi bukan dalam jumlah terbatas, tetapi dengan segenap apa
yang mereka miliki seperti tersurat dalam Kisah Para
Rasul 2:44 “semua orang yang telah
menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama”. Harta milik memiliki makna iman yang mendalam untuk dipakai bagi
kepentingan umat. Yang berlebihan menjadi berkat bagi yang berkekurangan.
Dalam cara
yang sama, GPIB memaknai persepuluhan dalam konteks kesejahteraan umat dan
pengembangan pelayanan. Persepuluhan jemaat-jemaat GPIB yang diteruskan melalui
Majelis Sinode GPIB didistribusikan kepada pengembangan pelayanan dan kesaksian
sesuai program kerja tahunan dan dukungan pembiayaan para pendeta GPIB yang
bertugas di jemaat-jemaat terpencil dan pos-pos pelkes yang minim sarana dan
prasarana. Pemeliharaan iman jemaat Tuhan terselenggara dengan baik dan
pekabaran Injil berlangsung terus tanpa hambatan. Jemaat-jemaat GPIB selalu
diingatkan untuk tidak mengabaikan realisasi persepuluhan tiap bulannya. Kehidupan bergereja menjadi sehat dan banyak
hal dapat dikerjakan jika warga jemaat memberi persepuluhan dengan rutin, jujur
dan penuh sukacita. Persepuluhan memiliki makna sosial dalam hidup berjemaat
sebagai wujud kasih Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar