Tak Membedakan
Wajar,
rasanya jika kita berharap orang yang kita kasihi sembuh dari sakit entah ayah,
ibu, anak, mertua, keponakan atau pembantu. Hubungan emosional yang dekat
menjadikan kita berusaha agar kesehatannya pulih. Cerita yang sama dicatat
dalam kisah penyembuhan seorang hamba dari perwira Romawi (Lukas 7:1-10). Tidak
disebut nama perwira dan si sakit. Serba misterius. Namun kisah ini memberikan
efek kejut luar biasa bahwa Tuhan Yesus
dapat menyembuhkan siapa saja tanpa membedakan identitas sosial, budaya dan
kepercayaan seseorang. Lagi, Tuhan Yesus memuji sikap
iman perwira Romawi itu
yang tidak mudah dimiliki setiap orang, "Aku berkata kepadamu, iman
sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
(Lukas 7:9). Tuhan Yesus dapat memuji siapa saja yang memperlihatkan
kepercayaan penuh kepada kuasa Allah tanpa ragu sedikitpun.
Iman ala Komando
Kesembuhan
hamba perwira Romawi berlangsung tanpa prosedur rumit. Pesan disampaikan kepada
Tuhan Yesus melalui tua-tua Yahudi yang menegaskan kebaikan hati perwira Romawi
dalam mendukung peribadahan Yahudi. Para tua-tua Yahudi ini memohon dengan
sangat agar Tuhan Yesus menyembuhkan si sakit dengan alasan "Ia layak
Engkau tolong, “sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung
pembangunan rumah ibadat kami." (Lukas 7:5). Tuhan Yesus memahami maksud
permintaan mereka dan berkenan mendatangi
rumah perwira militer Romawi itu.
Rupanya
rencana kedatangan Tuhan Yesus diketahui perwira Romawi. Dia merasa tidak layak
didatangi Tuhan Yesus. Namun keyakinannya kepada Tuhan Yesus sudah bulat.
Permintaannya terasa ganjil, "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku
tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap
diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata,
maka hambaku itu akan sembuh”. (Lukas 7:6-7)
Perkataan
Tuhan Yesus baginya kebenaran mutlak yang tak dapat diganggu-gugat ibarat
perintah komandan kepada bawahannya, “Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di
bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu:
Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang,
ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." (Lukas
7:8) Tuhan Yesus baginya benar-benar Seorang Komandan. Tuhan Yesus adalah
Atasannya langsung. Kultur komando memudahkan baginya menghargai perkataan
Yesus tanpa ragu. Dengan bahasa yang sama, Menkopulhukam Luhut Panjaitan
mengatakan, “Perintah atasan itu dilaksanakan dan diamankan!” Tuhan menghargai iman ala komando itu dan
menyatakan kesembuhan bagi yang sakit. Kepercayaan mutlak pada Tuhan Yesus,
harga mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar