JANGAN MENGARAHKAN ORANG PADA JALAN SESAT
Sidang jemaat yang dikasihi Yesus,
Saudara dapat bayangkan jika saudara tersesat pada suatu tempat saat mencari alamat keluarga atau teman. Orang bisa tersesat karena informasi yang diperolehnya tidak benar. Akibatnya pasti saudara kecewa dan marah sebab saudara tidak dapat bertemu dengan orang yang hendak ditemui. Tersesat tidak hanya saat mencari alamat, tetapi orang bisa juga tersesat saat mau mencari jalan pintas, jalan keluar yang lebih cepat dari biasanya. Seseorang yang tersesat akan mengalami kerugian besar: waktu, tenaga, uang terbuang percuma. Belum lagi bisnis berhenti dan keuntungan besar lenyap.
Pengertian ini bisa menolong kita memahami perkataan Yesus bahwa siapa yang menyesatkan seorang anak kecil akan celaka, dihukum Allah dengan sangat mengerikan. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa untuk masuk Kerajaan Sorga seseorang patut bertobat dan bersikap rendah hati dalam hidupnya seperti seorang anak kecil yang hormat dan bergantung sepenuhnya kepada orang tua jasmaninya. Mengapa Tuhan Yesus begitu peduli tentang keselamatan anak-anak? Hal ini bisa dimengerti karena orang beragama mudah menganggap dirinya lebih saleh dan paling benar dibanding yang lain (18:1)? Padahal Tuhan Yesus tidak mengajarkan murid-muridNya untuk menjadi sombong rohani; paling hebat dalam hidupnya! Tidak demikian! Tuhan Yesus mengajarkan agar umat berlaku rendah hati dan saling mengasihi.
Tuhan Yesus mengingatkan murid-muridNya untuk tidak menyimpang dari pengajaran yang benar. Apa itu pengajaran yang benar? Tunduk sepenuhnya pada kuasa Allah dan melakukan kehendak Tuhan Yesus sebagai pribadi yang memelihara kekudusan dan teladan dalam iman. Tuhan Yesus marah jika seseorang mengajarkan ajaran yang tidak benar; ajaran yang tidak sehat; ajaran yang mengangungkan kemampuan dan potensi pribadi. Karena itu kekudusan dijaga penuh. Lebih baik masuk sorga dalam keadaan cacat; kehilangan mata, kaki atau mata ketimbang lengkap tetapi penuh dosa dan dihukum Allah tanpa ampun.
Pengajaran Tuhan Yesus hendak menegaskan bahwa kasih Allah harus diikuti dengan kedisiplinan rohani yang baik. Kasih Allah kepada manusia yang bertobat, bukan berarti hidup dengan seenaknya sebagai penyesat. Siapa itu penyesat? Bisa orang lain yang tidak seiman; bisa juga kita semua yang gagal hidup sesuai Firman Allah. Bukankah sangat menyesatkan kalau orang mengajarkan tidak perlu ke gereja, dan tinggal saja di rumah sebab di rumah kitapun bisa beribadah? Tidak ada satu ayat Alkitab berbicara begitu. Itu hanyalah alasan yang dicari-cari untuk menutupi kemalasan beribadah.
Atau, anak-anak dibiarkan menonton di depan televisi karena orang tua katanya, sayang pada anaknya, daripada mengantar anak-anak kepada guru-guru PA-nya di gereja. Yesus jauh lebih sayang anak-anak kita saat mereka ada dalam persekutuan. Yesus memberkati anak-anak kita dalam ibadah dan tidak di depan televisi.
Yesus berbicara tentang kekudusan hidup yang menyeluruh. Tuhan Yesus tidak mau ada dosa sekecil apapun saat seseorang masuk dalam Kerajaan Sorga. Amputasi organ-organ tubuh manusia, mau mengingatkan kita bahwa untuk menjadi pengikut Juruselamat dan masuk dalam kekekalan hidup bersama Bapa di Sorga, tidaklah mudah. Kita diminta untuk membayar harga keselamatan dengan ketaatan mutlak. Sakit memang diamputasi bagian tubuh kita, tapi itu yang diinginkan Tuhan Yesus agar kita boleh hidup bersamaNya; tinggal dalam kerajaan Sorga. Sakitnya tubuh yang diamputasi tidak sebanding jika tubuh utuh kita dibakar dalam api neraka yang maha dahsyat panasnya.
Pengajaran Yesus yang indah ini mengarahkan kita untuk menjaga sikap hidup yang benar sebagai orang Kristen. Sebagai orang tua jadilah contoh yang baik kepada anak-anak kita lewat perkataan, pikiran dan perbuatan. Jangan biarkan anak-anak tanpa pengajaran dan nasehat yang benar. Tanamkanlah iman kepada Tuhan Yesus dengan mendoakan mereka, membawa mereka beribadah dan mengajarkan Firman Allah setiap hari. Bapa, ibu dan saudara-i, harus jadi contoh dalam berdoa, bernyanyi, bersekutu dan memberi persembahan. Jangan saudara katakan biar anak-anak yang memilih jalan keselamatan baginya. Tidak boleh demikian! Saudara harus bertanggung jawab menuntutn anak-anak bapa-ibu untuk percaya hanya Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus saja yang sudah menyerahkan hidupnya agar kita diselamatkan dan dipenuhi Roh Kudus.
Pengajaran Firman ini mengingatkan kita untuk tidak mengambil jalan hiduo yang sesat dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri atau kekuatan dunia/ Kalau sadara berbicara ahwa saudara bisa hidup sukses , bebas penyakit dan masalah, tanpa campur tangan Allah, atau kuasa Tuhan Yesus, sudah jelas sikap demikian adalah pernyataan yang sesat. Mereka yang berkata demikian perlu bertobat. Saudara harus mengubah pandangan saudara agar hidup saudara tidak dihukum Allah dan di binasakan dengan api neraka pada hari kematian.
Sebagai satu persekutuan, kiranya kita mau saling menasihati dan bukannya saling menghakimi dan melemahkan. Menjadi seperti anak kecil, berarti kita mau bergantung sepenuhnya kepada Tuhan Yesus dan melakukan kehendaknya untuk saling mengampuni dan mendoakan; saling menopang dan menguatkan; saling menghibur dan melayani.
Tuhan memberkati kita semua yang dengar dan melakukan FirmanNya. Amin.
Khotbah Minggu, 27 Februari 1998 GPIB Pondok Ugu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar