Sidang jemaat yang dikasihi Allah,
Kepercayaan kepada Allah bisa berobah dan merosot pada keraguan jika muncul masalah kehidupan yang rumit dicarikan solusinya. Tidak hanya rakyat kecil yang mengalami keraguan, pemimpin pun bisa mengalami yang sama: ragu terhadap kuasa dan pertolongan Tuhan. Begitulah keadaan umat Israel pada masa pemerintahan raja Yoram (8:16) saat mereka mengalami kelaparan hebat. (6:25) Kelaparan itu dikarenakan tentara Aram mengepung seluruh wilayah Samaria (6:24). Akses ekonomi pratis tertutup dan tidak ada pasokan makanan bagi seluruh rakyat.
Tuntutan hidup mengakibatkan kebutaan moral dan hilangnya rasa kemanusiaan. Kanibalisme pun terjadi (6:29). Kesepakatan di antara dua ibu dilanggar. Ibu yang kehilangan haknya mengadukan masalahnya kepada Raja. Raja pun marah dan menghubungkan soal itu kepada Elisa, nabi Allah. Raja sudah kehilangan akal sehat dan tidak mampu mencari solusi tepat ditengah konflik. Raja jadi frustasi!
Elisa tahu duduk perkaranya, bahkan niat jahat raja yang akan membunuhnya. Kedatangan raja kepada Elisa disertai dengan kemarahan besar. Raja menghubungkan musibah nasional yang terjadi yakni kelaparan dan kanibalisme, karena perbuatan Tuhan. Tuhan menjadi aktor utama kesusahan yang menimpa hidup mereka. Jadi tidak ada alasan apapun untuk berharap kepada Tuhan! Sudah jelas dan terjadi di depan mata bahwa karena kelaparan maka orang sudah hilang rasa kemanusiaan dan tidak dapat lagi berkata jujur terhadap sesama.
Jelas sekali betapa mudahnya Tuhan dipersalahkan dan dituding tidak berbuat apa-apa, bahkan dianggap membiarkan manusia hidup dalam penderitaan hebat. Cara pandang dan sikap yang mempersalahkan Tuhan jelas tidak benar. Penderitaan seperti kelaparan bukan disebabkan oleh Allah. Manusia jahatlah yang mengakibatkan orang lain menderita. Kenyataan pahit dalam hidup bukan jadi pembenaran lalu orang merancang yang jahat, seperti kanibalisme atau tindak penipuan.
Penderitaan selalu diatasi manusia dengan cara yang mudah, yaitu melakukan kejahatan. Kita menyaksikan mutilasi dilakukan di mana-mana karena uang, kecemburuan atau dendam kesumat. Jika begitu moralitas dan sikap iman sudah luntur digerus masalah kehidupan. Betapa mengerikan dan memalukan ketika manusia kehilangan akal sehat dan menjadi serigala bagi sesamanya.
Persekutuan dengan Tuhan lewat doa dan ibadah menajadi saluran efektif meredam penderitaan hidup yang berat dan menyeimbangkan keinginan manusia dengan memohonkan pertolongan Allah. Saat manusia lepas kendali, maka bukan Tuhan lagi yang dipermuliakan. Manusia saling melukai dan disitu keadilan Tuhan diragukan. Cara-cara yang ditempuh manusia malah menjerat manusia pada masalah baru yang lebih kompleks. Ingat bagaimana peristiwa seorang ibu yang memberikan cairan nyamuk kepada kedua anaknya dan kemudian diminum oleh ibu itu sendiri untuk lepas dari tekanan hidup.
Berdoa dan memuji Tuhan dalam segala perkara menjadi sangat-sangat penting di tengah situasi hidup yang berubah cepat. Hanya dalam persekutuan dengan Firman Allah, maka kita terhindar dari rencana dan kesepakatan jahat, bahkan dari ucapan-ucapan yang menghujat Tuhan. Tuhan selalu merancang yang baik buat hidup umatNya, yakni hidup damai sejahtera dan penuh harapan (Yeremia 29:11-14).
Selalukah kita berseru kepadaNya dalam kesesakan yang terjadi? Setiakah kita bertekun dalam doa dan tidak membuat diri kita lemah karena kekuatiran? Allah sanggup menolong kita tepat pada waktunya dan baiklah kita bersabar dalam penderitaan hidup yang terjadi. Tetaplah permuliakan Allah dalam hidupmu baik lewat kata, perbuatan dan keinginan hati kita.
Tentu jangan dilupakan saudara-saudara seiman yang selalu dapat diandalkan untuk menopang, menghibur dan menguatkan. Jangan saudara marah kepada Tuhan lalu punya niat jahat kepada hamba Tuhan. Saudara justru datang mohon agar hidup saudara didoakan dan didukung dalam iman, agar terhindar dari hukuman Allah. Persekutuan dengan saudara seiman, merupakan tempat aman dan pelindung (bungker) dalam hidup yang semakin berat hari demi hari. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar