Sudah lazim kalau waktu doa syafaat, warga jemaat bergegas keluar dari kursinya. Ada yang pergi ke tolilet, yang lain beli gula-gula atau minum dan yang sisanya sibuk membakar rokoknya. Pendeta sudah mendengar cerita bahwa perilaku sebagian jemaat itu mengganggu yang lain. Mereka tidak bisa buat apa-apa, hanya prihatin. Saat hari Minggu, pendeta memulai khotbahnyanya berdasarkan Matius 6:22 bahwa mata adalah pelita tubuh yang harus digunakan dengan baik.
Saat doa syafaat dimulai sampai selesai, tidak ada seorang warga jemaat pun bangun dari tempatnya. Setelah selesai ibadah, ada yang bertanya apa resepnya pendeta sehingga doa syafaat berlangsung tertib. Ada yang menjawab: pendeta penuh roh kudus, jemaat sudah bertobat. Seorang bapak pecandu nikotin berkata: Lha bapak pendeta berdoa tidak tutup mata. Jadi kami pun tidak bisa keluar karena diawasi mata pendeta. Siapa berani keluar?!
Pesan: Doa adalah percakapan iman dengan Allah. Haruskah dalam gereja diperlukan CCTV untuk mengawasi mereka yang selalu punya alasan untuk keluar saat doa syafaat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar