JALAN ORANG SALEH
Kitab Amsal adalah
buku kumpulan ajaran moral dan pandangan
hidup yang luas dalam corak puitis. Mereka yang mendalami karya Salomo ini
dapat memperoleh petunjuk-petunjuk praktis tentang bagaimana cara hidup orang beriman
menghadapi persoalan dan tantangan hidup yang keras dan kejam. Orang yang
percaya kepada Allah tetap memperlihatkan kesalehan hidupnya dan bekerja dengan
maksimal sebagaimana alam mencontohkannya (seperti semut yang bekerja
mengumpulkan makanannya). Salomo sendiri telah menulis 3000 amsal (1 Raja-raja
4:32) dan terdapat 35 kutipan amsal dalam Perjanjian Baru.
Petanyaan mendasar bagi
kita : apa artinya saudara beribadah pagi hari ini? apa artinya saudara membaca
Alkitab dan merenungkan FirmanNya? apa artinya saudara berdoa dalam keheningan
kepada Allah? Jawabnya jelas sekali
bahwa semuanya dimaksudkan agar saudara
dan saya hidup dalam kehendak Tuhan.
Dalam bahasa agamawi, kita berperilaku sebagai orang saleh; menjadi
orang yang teguh mempraktekkan ajaran
Tuhan. Di sini kesalehan bukan dalam rangka meningkat status sosial, atau
mengejar popularitas tetapi memperdalam
rasa syukur dan menjawab panggilan berkarya demi kemuliaan Tuhan. Alkitab
memuat contoh hidup orang saleh seperti Abraham atau Ayub. Kualitas hidup orang saleh sangat berbeda
dengan orang fasik atau orang jahat. Nas Alkitab kita memperlihatkan kualitas
hidup orang saleh yang perlu
diperhatikan dan ditiru oleh orang percaya agar hidup mereka selamat dan
berkenan bagi Tuhan.
Kesalehan dapat dibentuk
lewat pembentukan karakter baik sejak usia dini dan terus dipelihara dan
dipertahankan dalam perjalanan hidup. Sebagai orang tua kita bertanggung jwab
dalam membentuk anak-anak kita dengan karakter yang baik. Anak-anak selalu
punya karakter berbeda sekalipun keduanya punya orang tua sama. Anak bijak
dengan jelas diidentifikasi sebagai anak yang berhikmat. Anak bijak mendengar
nasihat orang tuanya sebab banyak hal baik yang disampaikan demi keberhasilan
mereka. Pendidikan budi pekerti sudah dimulai dari dalam keluarga ketika orang
tua mengajarkan nilai-nilai kebenaran
kepada anak-anak mereka.
Bentuk kesalehan yang
perlu dikembangkan adalah hidup dengan katas-kata yang baik. Perkataan-perkataan baik adalah hasil dari
pendidikan karakter yang baik. Dengan
kata-kata yang baik seseorang memperoleh
rejekinya. Injil Lukas 6:45 berkata ‘orang
yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik
dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang
jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.’ Dengan karakter yang baik maka hidup orang
benar mampu mengendalikan diri dengan benar.
Rasul Yakobus menasehatkan bahayanya penyalahgunaan lidah. (Yak 3:6)
Reputasi seseorang terhormat jika perkataan-perkataannya terukur dan lembut
sehingga mendatangkan sukacita dan penghargaan dari yang lain.
Hidup orang saleh
memiliki keunggulan komparatif ketika hidup mereka jauh dari kemalasan dan
penipuan. Mereka yang saleh hidup dengan kejujuran dan rajin dalam bekerja
mengusahakan rejeki bagi hidup rumah tangganya. Hati nurani orang benar tidak
tenang dengan kata-kata dusta. Integritas mereka diuji sehingga menolak terlibat dalam
kerjasama dengan orang yang jahat yang suka menipu dan memperdaya orang lain.
Ketika orang saleh hidup dalam ketaatan, kerendahan hati, kerja keras dan
kebenaran maka hidupnya selamat, jauh dari celaka dan musibah.
Firman Tuhan mengajarkan
kita untuk berjalan menurut jalan orang saleh. Jalan ini adalah yang
dikehendaki Allah agar kita tidak tersesat dan menyimpang ke kanan dan ke kiri. Allah. Menjalani hidup saleh bukan
soal rencana atau impian yang hendak dilaksanakan pada 5 atau 10 tahun yang
akan datang. Kesalehan hidup adalah ketaatan yang terpancar lewat sikap hati, perkataan dan tindakan hidup kita kepada Tuhan dan sesama
manusia. Kesalehan sungguh membawa
dampak positif sebagaimana orang-orang kristen di Eropa yang menjadikan mereka
hidup rasional, disiplin, hemat, rajin
bekerja, gemar menabung dan berorientasi
sukses. Kesalehan meningkatkan produktifitas kerja dan kebahagiaan hidup.
Lalu bagaimana dengan
mereka yang hidup fasik? Hidup tanpa aturan Tuhan? Samakah akhir hidup mereka
dengan orang saleh? Alkitab memuat kisah akhir hidup orang fasik sebagaimana
kisah Air Bah (Kejadian 6:17), Menara Babel (Kejadian 11:1-9) atau Sodom dan
Gomora (19:24, 25). Penghukuman Allah semacam itu adalah kepastian dan bukti
dari keadilan dan kasih Allah pada manusia. Walau demikian Allah tetap
mengasihi manusia secara keseluruhan sebagai busur yang ditaruh di langit. Allah
tidak menghendaki seorang dari anakNya terhilang (Matius 15:24; 18:11). Melalui
kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus
maka Allah mendamaikan diriNya dengan manusia berdosa (Roma 3:25). Pertobatan dan pembaharuan hidup total,
membawa pengharapan akan janji Kerajaan
Sorga. Karenanya jalan orang saleh bukan
jalan mulus dan mudah namun dapat ditempuh sebab Yesus Kristus satu-satunya
teladan dalam kebenaran dan kesalehan hidup (Yohanes 14:6). Pertolongan Roh Kudus memampukan kita menjadi
orang saleh yang setia dalam ibadah, mendoakan segenap keluarga besar dan mampu
menghadapi pencobaan hidup dengan selalu bersyukur dan berharap pada
pertolongan Allah. Tuhan memberkati kita semua.
Amin.
Khotbah Minggu 7 Juli 2013 di jemaat GPIB Pondok Ungu dan GPIB Harapan Indah Bekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar