Sponsors

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik." Luk. 4:18"

Theme Support

Agenda. ----- Retreat Presbiter GPIB Sejahtera Bandung, Sekesalam 27-28 Januari 2017, Pembina: Pdt Susy Rumeser-Thomas, MTh dan Pdt Stephen Sihombing, MTh ----- Penggalangan Dana Panitia Pembangunan gereja GPIB Sejahtera bandung, Minggu 22 Januari 2017 jam 08.00 WIB PF. Pdt. Jacoba Marlene Joseph, MTh ---- PS GPIB ke-XX 26-31 Oktober 2015, Swiss Bell Hotel, Balikpapan, Kalimantan Timur ---- Ibadah Minggu 26 Juli 2015 jam 07.00 --- Ibadah Nuansa Budaya Minahasa Minggu 26 Juli 2015 jam 09.00 Pdt. Drs. J. Sompotan, S.Th dan Pembinaan Presbiter Sabtu 25 Juli 2015 jam 17.00 ---- PF Minggu 19 Juli 2015 Sejahtera bandung 07.00 dan 09,00 --- Perjamuan Kudus Minggu 12 Juli 2015 Sejahtera Bandung 07.00 ---- Pembahasan Rantap PS XX GPIB di Hotel Marbela Bandung --- PF Minggu 5 Juli 2015 Sejahtera Bandung 07.00 dN 09.00 Peneguhan Pelayan dan Pengurus ke - 6 Pelkat --- PF Minggu 10 Nov 2013 di Jemaat Pondok Ungu jam 06.00 dan 10.00 --- Perayaan HUT GPIB ke-65, Selasa 5 Nov 2013 di Tenis Indoor Senayan Jakarta --- Pembinaan Penelaahan Alkitab di Wisma Kinasih, Bogor, Minggu 3 November 2013 ---- PF di jemaat Pondok Ungu Bekasi dan jemaat GPIB Kharis Jakarta 30 Juni 2013 ----- Pemilihan Korwil Pelkat Mupel Bekasi 4 Mei 2013 di jemaat GPIB Gloria Bekasi ----- Sertifikasi Pengajar katekisasi 18-20 April 2013 di MDC Gadog ---- Sidang tahunan dan Sidang Wilayah Mupel Bekasi 4-5 Maret 2013 di MDC Gadog ---- PF di Jemaat Pondok Ungu jam 6 dan 10.00 serta di Gloria Bekasi Minggu 3 Maret 2013 jam 17.30 WIB ---- PF di Jemaat Zebaoth Bogor beserta PS Jemaat GPIB Pondok Ungu jam 09.00 wib --- Pembinaan pelkat di Jemaat GPIB Marturia Jakarta Timur 2 Maret 2013 jam 18.30 ---- Lokakarya RKA GPIB Pondok Ungu, 1-2 maret 2013 di Vila Saiya Cipayung, Bogor --- PST GPIB di Makassar 19-21 Februari 2013 ---PF di GPIB Pondok Ungu jam 10.00 dan di GPIB Efatha Jakarta jam 17.00 Minggu 10 Februari 2013 --- SMJ GPIB Pondok Ungu Triwulan 3, Minggu 10 Februaru 2013 ---- Peneguhan Pelkat GPIB Pondok Ungu 3 Februari 2012 oleh Pdt PH Sitorus, MSi ----- Perjamuan Kudus 10 Oktober 2012 di GPIB Pondok Ungu, jam 06.00 dan 10.00 WIB, ---- Peneguhan Diaken dan Penatua GPIB Pondok Ungu 2012-2017 pada Minggu, 23 September 2012 yang dilayani peneguhannya oleh Pdt. Marlene Josep, STh dan didampingi Pdt. SGR Sihombing, MTh, Pdt. Kolanus, MMin, Pdt. Hilda Sihasale, MMin, Pdt. Dina haba STh ---- Perjamuan Kudus Minggu Pentakosta, Minggu, 1 Juli 2012 jam 06.00 dan 10.00 WIB, Pemilihan Diaken dan Penatua GPIB Tahap Penetapan pada hari Minggu, 1 Juli 2012, Lokakarya Penulisan Sabda GPIB, 5-6 Mei 2012, TOT Pendeta materi bina diaken dan penatua, 3-4 Mei 2012 di Kinasih, Caringin Bogor, Lokakarya Materi Bina tahap II, 30 April-2 Mei 2012 di Ruang MS GPIB, Pelayanan Ibadah Minggu, 29 April 2012, Pelayanan Ibadah Minggu 31 Juli 2011 di jemaat GPIB PUP jam 10.00 wib --- SMJ GPIB PUP Triwulan 1, 31 Juli 2011 jam 12.00 wib, --- Pelayanan Ibadah Minggu, 22 Mei 2011 di jemaat GPIB Harapan Kasih jam 09.00 wib ---- 15 Mei 2011 di jemaat GPIB Menara Kasih, Bekasi, --- 8 Mei 2011 di jemaat GPIB Sion, Jakarta Barat jam 10.00 wib dan GPIB Efatha, Jakarta Selatan jam 17.00 wib, --- Pelayanan Ibadah Minggu, 1 Mei 2011, GPIB Pondok Ungu, Bekasi jam 06.00 wib dan 10.00 wib --- Ibadah Paskah, Minggu 24 April 2011, jam 05.00 wib ---- Perjamuan Kudus Jumat Agung, 22 April 2011, jam 06.00 dan 10.00 wib ---- Peneguhan anggota sidi baru, 17 April 2011, jam 10.00 wib ----, Retret Katekisasi terpadu GPIB Pondok Ungu, Harapan Indah, Harapan Baru dan Dian Kasih, 1-3 April 2011,---- Lokakarya Penyusunan RKA Sabtu, 26 Maret 2011 jam 13.00 --- Sidang Majelis Jemaat Triwulan 4, Minggu 24 April 2011, jam 12.00 WIB ---Pelayanan Minggu di jemaat GPIB Anugerah Bekasi jam 09.00 dan GPIB Harapan Kasih jam 18.00 ---.

Minggu, 31 Juli 2011

Puasa dan pelaksanaannya

Cara memulai dan melaksanakan puasa akan sangat menentukan  keberhasilan Anda. Dengan mengikuti tujuh langkah pokok berikut ini,  Anda akan membuat waktu Anda bersama Tuhan menjadi lebih berarti dan  bermanfaat secara rohani.

LANGKAH 1: Tentukan Tujuan Anda

Mengapa Anda berpuasa?

Sabtu, 30 Juli 2011

Khotbah Yesaya 58:1-5

Kesalehan hidup yang sejati

Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,

Puasa dimengerti sebagai praktek rohani dengan berpantang makan dan minum. Umat Tuhan berpuasa dengan berbagai alasan (1) saat mendengar berita buruk

Sabtu, 02 Juli 2011

Yesus dan Agama Lain

Sesekali saya diundang ke pertemuan-pertemuan yang tidak biasa sebagai hasil dari tulisan-tulisan saya. Salah satu yang paling tak terlupakan mengambil tempat di New Orleans, atas undangan M. Scott Peck, seorang psikiater dan penulis buku-buku seperti The Road Less Traveled dan People of Lie. Peck memiliki teori bahwa proses pembangunan komunitas harus mendahului upaya penyelesaian konflik, dan ia mengumpulkan tiga puluh orang yang sangat bebeda untuk menguji teori tersebut.

Peck mempertemukan sepuluh orang Yahudi, sepuluh orang Kristen, dan sepuluh Muslim,

Cara Yesus Menyembuhkan

Banyak dari kita benar-benar membutuhkan kesembuhan dari luka hati, keputusasaan dan kebiasaan buruk kita. Dan jalan menuju kesembuhan itu hanya ada satu, yakni kesembuhan cara Yesus.

Ini adalah salah satu dari spesialisasi Yesus. Malahan, pelayanan Yesus sendiri bisa dibagi menjadi tiga bagian yang sejajar - pengajaran, khotbah dan penyembuhan. Matius 9:35 menyebutkan, "Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan."

Di dalam Khotbah di Bukit - suatu khotbah yang paling agung dalam sejarah - Yesus menyediakan delapan jalan untuk mendapatkan kesembuhan dan kebahagiaan.

Bagaimana Dia melakukannya?

Gereja Eksis bukan untuk Kepentingan Anggotanya

Apakah Gereja benar-benar perlu bagi orang Kristen? - Bagian 4 Philip Yancey

Archbishop William Temple berkata, "Gereja adalah satu-satunya masyarakat kooperatif  di dunia yang eksis bukan untuk kepentingan anggotanya." Ini adalah pelajaran yang paling jelas dari gereja saya di Chicago, LaSalle Street Church yang misinya melebar untuk menjangkau kebutuhan dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Salah satu alasan jemaat yang berbeda-beda dapat bekerja sama dengan baik adalah karena kami terikat untuk menjangkau masyarakat sekeliling. Melayani orang lain akan menyebabkan Anda tidak banyak berpikir tentang melayani diri sendiri.

Ketika para guru Sekolah Minggu memperhatikan banyak murid tidak dapat membaca,

Bagaimana Menjadi Seorang Pembangun Umat?

Kita semua butuh orang yang bisa memberi kita tantangan pribadi,  menolong kita menemukan dalam  hal apa kita memberi hasil yang  terbaik, serta mendorong kita untuk mengerjakannya dengan baik. Rick Warren

Sebagai pelayan Tuhan, Anda adalah seorang pembangun umat. Allah  memakai Anda untuk menolong orang lain agar bisa menjadi sesuai  dengan rencana Allah bagi mereka. Namun kemungkinan besar Anda tidak  terlatih untuk menjalankannya. Bagaimana Anda  memunculkan yang  terbaik dari dalam diri orang lain? Entah dia adalah jemaat awam di gereja  Anda, pimpinan gereja yang sedang Anda bimbing, atau seorang staf  gereja yang sedang Anda bantu untuk bertumbuh, Kemampuan Anda untuk  membangun umat merupakan tugas inti  Anda. Malahan, kebutuhan Anda  untuk menjadi seorang pembangun umat tidak berhenti di saat Anda telah  meninggalkan peran pelayanan Anda. Anda juga perlu menjadi pembangun  keluarga dan para sahabat Anda.

Keempat langkah berikut akan membantu Anda membangun umat dengan  lebih efektif:

Beri tantangan pribadi kepada orang-orang. Paulus melakukan hal ini di  dalam Efesus 4:1, "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang  dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang  telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu." Dia menantang  pembaca suratnya untuk membuat hidup mereka berarti. Mengapa? Kita  semua perlukan suatu target, proyek ataupun visi yang menuntut kita  mengerahkan kemampuan terbaik kita. Jemaat Anda butuh dikerah untuk  memperjuangkan sesuatu atau mengejar suatu visi.

Allah ingin agar kita dan jemaat kita memanfaatkan kekuatan dan  kemampuan terbaik kita bagi Dia. Di tengah dunia yang sekuler ini,  perencanaan karir, analisis temperamen serta tes kemampuan adalah  bidang bisnis yang memberi keuntungan besar. Mengapa? Kita semua  butuh orang yang bisa memberi kita tantangan pribadi, menolong kita  menemukan dalam hal apa kita memberi hasil yang terbaik, serta  mendorong kita untuk mengerjakannya dengan baik.

Alkitab mengajarkan kita bahwa itulah hal yang seharusnya dilakukan oleh  jemaat. Kita harus menjadi pembangun umat. Pokok ini harus selalu  menjadi dasar pengajaran kita. Kita perlu menantang umat untuk hidup  sesuai dengan rencana Allah. Apa yang dilakukan oleh kita dalam  menantang orang untuk menggenapi rencana Allah?
Beri mereka keyakinan penuh Paulus berkata dalam Roma 15:2-3 "Kita  yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat... untuk  membangunnya" Paulus menyuruh kita untuk membangun orang lain dalam  iman. Untuk bisa memunculkan yang terbaik dari dalam diri orang lain,  kita perlu memberi mereka keyakinan penuh akan hal yang bisa Allah  lakukan melalui mereka. Yesus melakukan hal ini pada Petrus. "Aku  memberi kamu nama yang baru". Nama Petrus, yakni Petros, berarti  batu  karang. Saat Yesus mengucapkan hal ini kepada Petrus, dia ini sama  sekali bukanlah batu karang. Saat itu dia adalah orang yang gegabah,  impulsif dan ceroboh! Namun Yesus berkata bahwa dia akan menjadi batu  karang. Yesus tidak menyebutkan seperti apa keadaan Petrus  sebelumnya; Yesus menyebutkan akan menjadi seperti apa Petrus  nantinya.

Setiap kali Anda mencap seseorang, Anda sedang membentuk orang  tersebut. Jika Anda mencap jemaat Anda 'malas', 'tidak tertib' atau  'pemarah', maka hal-hal semacam itulah yang akan Anda dapatkan dari  mereka. Jadi, bangunlah mereka. Allah melakukan hal ini pada Gideon. Dia  menyebut Gideon 'Pahlawan yang gagah berani' padahal dia adalah orang  paling penakut di kalangan umat Israel saat itu. Allah menyebut dia  sebagai pahlawan yang gagah berani, dan Gideon memang benar-benar  menjadi pemberani.

1 Tesalonika 5:11 menyebutkan, "Karena itu nasihatilah seorang akan  yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu  lakukan." Jika Anda ingin menjadi pembangun umat, maka Anda harus  menjadi pendorong semangat yang baik. Bagaimana melakukannya? Ada  tiga tips untuk itu:
Harus nyata - bukan sekadar sanjungan palsu.
Harus teratur. Sampaikan setiap saat
Harus bisa dipahami atau tepat. Sampaikan dengan persis hal apa yang  sedang Anda bangkitkan di dalam diri orang tersebut.

Kadang kala Anda mendengar orang berkata, "Kalau ada kesalahan, bos  pasti mengumumkannya!" Jangan menjadi bos yang semacam itu; itu  adalah kepemimpinan yang buruk.
Berikan mereka bimbingan yang bijak. Anda tidak akan melihat kemajuan  tanpa adanya proses belajar, dan tak ada proses belajar tanpa adanya  umpan balik. Karena kita semua ini tidak sempurna, maka pandangan kita  seringkali keliru. Kita perlu orang-orang yang akan menyatakan hal yang  sebenarnya dengan jujur kepada kita.

Amsal 27:17 menyebutkan, "Kita belajar dari sesama sebagaimana besi  menajamkan besi." Kita akan bisa memunculkan yang terbaik dari dalam  diri orang lain jika kita bersedia untuk bersikap jujur terhadap mereka.  Pembangun umat harus cukup peduli untuk mengoreksi bahkan menegur.

Ingat bahwa tindakan koreksi itu berdampak kuat dan bisa berbahaya.  Koreksi yang dilakukan dengan benar akan membangun orang; koreksi  yang dilakukan dengan keliru bisa melukai seseorang seumur hidupnya.

Apakah yang membedakan antara koreksi yang benar dengan yang keliru?  Sikap hati Anda saat melakukan koreksi. Jika sikap hati Anda seperti ini:  "Aku hanya sekadar menunjukkan apa kesalahanmu," maka itu salah.  Orang tidak butuh dibeberkan kesalahannya. Kebanyakan dari kita cukup  sadar akan apa kesalahan kita. Tujuan Anda seharusnya adalah untuk  mendorong mereka untuk mengubah perilaku mereka dan bukan sekadar  mengecam mereka. Efesus 4:15 menyebutkan, "teguh berpegang kepada  kebenaran di dalam kasih."
Beri mereka penghargaan yang sepenuhnya Untuk menjadi pembangun  umat, Anda perlu berikan pujian atas pertumbuhan dan perubahan yang  Anda lihat terjadi di dalam diri mereka. Saya memasang plakat di kantor  saya, plakat itu berbunyi, "Allah bisa mengerjakan hal-hal yang luar biasa  melalui orang yang tidak peduli siapa yang akan menerima penghargaan."  Itu adalah bagian dari hal membangun umat. Umumnya kita cenderung  berbagi kesalahan sambil menyimpan penghargaan bagi diri kita sendiri.

Sebagai seorang pendeta, Anda akan menerima banyak pujian jika segala  sesuatu brjalan dengan baik (dan banyak kecaman jika hal sebaliknya  yang terjadi). Hal ini wajar. Namun jika nanti ada orang yang memuji  Anda atas sesuatu hal baik yang terjadi di gereja (pertumbuhan jemaat,  peristiwa yang berdampak luas, atau yang serupa itu), cari siapa yang  layak menerima penghargaan itu dan berikanlah kepada mereka. Itulah  kepemimpinan. Dengan cara itu pulalah Anda akan membangun para  pemimpin jemaat. Jika Anda terus saja memonopoli penghargaan atas  hal-hal baik yang terjadi di gereja, akan sangat wajar jika nantinya Anda  akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan para pemimpin  jemaat.
Penerapan keempat prinsip itu menuntut usaha keras. Saya tidak akan  mempermanis kenyataan. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk  menjadi pembangun umat. Pengorbanan, usaha, uang dan tenaga - dan  pada ujungnya adalah pengorbanan privasi Anda. Dan yang terutama, hal  ini akan menggempur keegoisan Anda. Anda tidak bisa bersikap egois jika  ingin menjadi pembangun umat.

Lalu mengapa Anda harus membangun umat? Karena itulah yang telah  Allah perbuat untuk Anda. Allah telah begitu baik kepada Anda; maka  Anda juga harus baik terhadap orang lain. Lakukanlah hal ini sebagai  tanggapan Anda akan semua hal baik yang telah Allah perbuat bagi Anda.  Saya ingin menantang Anda untuk menggunakan segenap sisa waktu  pelayanan Anda - dan itu berarti sisa hidup Anda - sebagai pembangun  umat. Fokuskanlah pelayanan Anda pada usaha membantu orang lain agar  menjadi sesuai dengan rencana panggilan Allah bagi mereka. Itulah  pekerjaan para gembala; itulah pekerjaan para pendeta.

Saya tidak bisa membayangkan cara lain yang lebih baik untuk  menghabiskan sisa hidup saya.


Written by Rick Warren

Mengapa Kita Berdoa Sebelum Makan?

Perjamuan terakhir yang dibagikan oleh Yesus bersama murid-murid-Nya adalah perjamuan Paskah. Walaupun sebagian pakar Perjanjian Baru mempertanyakan hal ini, bukti-bukti yang terdapat di dalam Matius, Markus dan Lukas sangatlah meyakinkan.

Sebagai contoh, perhatikan bahwa ketiga Injil sinoptik memakai sebuah istilah Ibrani yang lazim ditemukan dalam literatur rabi-rabi Yahudi kuno: "eat the Passover" (Mat 26:17; Mar. 14:12; Luk. 22:11), yang merupakan istilah yang mengacu pada Jamuan Paskah (Seder), di mana jamuan tersebut mencakup acara makan domba Paskah, "Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita" (Luk 22:14).

Pada perjamuan tersebut, Yesus menyampaikan ucapan yang nantinya dibakukan di dalam lingkungan umat Kristen: "Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat ke atasnya, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." (Mat 26:26)

Ada tiga pertanyaan penting yang bisa diajukan dari kutipan ayat ini:
1. Apa dasar alkitabiah bagi tindakan Yesus yang mengucapkan doa berkat sebelum makan?
2. Mengapa kata it (nya) dicetak miring dalam terjemahan versi King James?
3. Apa pengaruh peristiwa ini terhadap kebiasaan umat Kristen yang berdoa sebelum makan?

Pertama, jika kita telusuri Alkitab yang dipakai di zaman Yesus (yakni Perjanjian Lama berbahasa Ibrani), kita tidak akan menemukan satupun perintah untuk berdoa sebelum makan. Rujukan yang paling mendekati adalah yang terdapat di dalam Ulangan 8:10: "Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu".
Perhatikan bahwa, ternyata, perintah itu menyuruh kita mengucapkan syukur setelah makan, bukan sebelumnya - dan ini adalah tradisi yang masih dijalankan oleh umat Yahudi yang taat beribadah, yakni dalam doa Birkat Hamazon (Ucapan Syukur Setelah Makan)

Sebenarnya, dasar  tindakan Yesus mengucapkan syukur sebelum makan itu bukan dari dalam Alkitab, melainkan dari tradisi. Dia menghormati tradisi yang diawali oleh para rabi dan kemudian dipelihara oleh orang-orang Farisi. Pertimbangan mereka adalah: Kita memang diperintahkan untuk mengucapkan syukur setelah makan, tapi mari kita melangkah lebih dari perintah tertulis di dalam hukum Taurat di dalam menyatakan rasa terima kasih kita, mari kita ucapkan syukur sebelum makan.

Kedua, perhatikan bahwa doa syukur yang diperintahkan itu ditujukan kepada Allah dan bukan kepada makanan itu sendiri. Fokus kepada Allah dilestarikan dalam dalam doa sebelum makan [di kalangan Farisi]: "Terpujilah Engkau Tuhan, Allah kami, Raja alam semesta… yang memberikan roti dari bumi."

Para penerjemah Alkitab dari Inggris di abad ke-17 tidak terbiasa dengan tradisi-tradisi Yahudi abad pertama. Dengan mengambil tradisi sakramen dari Gereja Inggris dan Katholik Roma, mereka menganggap bahwa Yesus mengambil roti lalu memberkati roti itu, mengambil cawan dan memberkati cawan itu juga.

Kata it (nya) dicetak miring di dalam Matius 26:26 di versi KJV karena kata tersebut tidak terdapat di dalam naskah Yunaninya, melainkan hanya merupakan hasil pengembangan dari para penerjemah. Terjemahan harfiah dari ayat tersebut berbunyi, "Yesus mengambil roti dan mengucapkan berkat, Dia memecahkan roti itu, dan Dia membagikan kepada para murid." Naskah Yunani ini menunjukkan tradisi otentik Yahudi yang dijalankan oleh Yesus - mengucapkan berkat atau syukur kepada Tuhan atas makanan yang telah Dia tumbuhkan dari bumi yang subur.

Kita bisa melihat pola ini tersebar di sejumlah bagian dalam Perjanjian Baru. Sebagai contoh, Kisah 27:35: Sesudah berkata demikian, ia [Paulus] mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (Perhatikan bahwa Paulus mengucap syukur kepada Tuhan dan bukan memberkati makanan itu)

Terakhir. perspektif orang Yahudi yang tertuang di dalam Perjanjian Baru juga bisa menjadi petunjuk bagi kita. Saat kita berdoa sebelum makan, sebenarnya kita sedang mengikuti tradisi Yahudi (bahkan tradisi orang Farisi) yang diwariskan kepada kita oleh Yesus dari Nazareth.

Sebagaimana yang digambarkan dengan sangat baik di dalam tradisi Yahudi, marilah kita menjadi orang yang memusatkan perhatian kepada Allah dan Raja kita di dalam setiap perbuatan kita. Bahkan para rabi menganjurkan kita untuk mencari setidaknya seratus kesempatan per hari untuk mengucap syukur kepada Allah sebagai Tuhan dan Raja kita. Pola pikir ini tercermin dalam seruan rasul Paulus: "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kolose 3:17)

Dalam kebiasaan kita mengucapkan doa syukur sebelum makan, marilah kita memusatkan perhatian kepada Sang Sumber, bukannya kepada makanan. Hendaklah kita tidak 'memberkati makanan' melainkan mengucapkan syukur kepada Tuhan' yang telah memenuhi setiap kebutuhan kita. Dengan demikian, kita menguduskan makanan tersebut dan mewujudkan suatu tindakan yang lebih rohani di bawah kemurahan Sang Raja Alam Semesta.

(Dwight A. Pryor adalah Pendiri dan Presiden Center for Judaic-Christian Studies di Dayton, Ohio. Dia juga salah satu pendiri Jerusalem School of Synoptic Research di Israel. Ketika sedang belajar di Israel, beliau tiba pada kesadaran betapa penting dan perlunya memahami Kekristenan lewat akar dan dimensi Ibraninya.)
http://www.cahayapengharapan.org/artikel/texts/mengapa_kita_berdoa_sebelum_makan.htm